Penerjemahan

Mau Jadi Penerjemah?

Penafian: Tulisan ini dibuat untuk peminat bahasa dan terjemahan yang berminat menjadi seorang penerjemah

Apa yang muncul di benak kalian saat mendengar istilah: penerjemah?
a. Orang yang bisa lebih dari satu bahasa?
b. Orang yang mengganti isi tulisan dari satu bahasa ke bahasa lain?
c. Orang yang memasukkan kata/ frase/ kalimat ke aplikasi atau situs web tertentu lalu mengubah bahasanya?

Jawabannya? Salah semua.

Lho, kok salah?

Mari kita intip apa kata KBBI.
Penerjemah adalah orang yang mengalihbahasakan atau juru terjemah.
Yang dialihbahasakan bukan hanya kata-katanya, namun maknanya.

Kalau kita lihat kembali tiga pilihan jawaban di atas (yang saya bilang salah semua itu), memang jawaban a adalah salah satu syarat menjadi penerjemah.
Setidaknya seorang penerjemah harus menguasai dua bahasa, yang di kalangan penerjemah biasa disebut sebagai pasangan bahasa kerja.
Setidaknya seorang penerjemah harus bisa mengalihkan makna dari suatu bahasa asing ke bahasa ibunya.
Kalau baru belajar satu bahasa asing, apakah bisa jadi penerjemah? Belum.
Kuasai dahulu bahasa asing itu sepenuhnya, baru berlatih menjadi penerjemah.
Kalau merasa sudah ahli dalam suatu bahasa asing (misalnya lulus kuliah dari fakultas sastra jurusan suatu bahasa asing), apakah pasti bisa menjadi penerjemah? Belum tentu.
Memang tidak mustahil, namun ada dua aspek lain yang perlu diingat juga.
Pertama, kemampuan bahasa ibu.
Bahasa ibu bukannya pasti sudah bagus? Sayangnya, tidak semudah itu, kawan.
Apa buktinya? Silakan baca di artikel saya mengenai kemahiran berbahasa Indonesia.
Kedua, ilmu menerjemahkan.
Apakah perlu kuliah atau kursus? Tidak ada salahnya. Sudah banyak pihak yang menyediakan pelatihan ini. Ada beberapa wadah yang bisa dilirik di artikel ini.
Namun tidak wajib. Sangat tidak mustahil seorang penerjemah belajar otodidak, sambil kerja. Tentu perjuangannya beda dengan mereka yang belajar menerjemahkan di bangku kuliah atau mengikuti kursus penerjemahan. Di sisi lain, yang sudah kuliah atau kursus menerjemahkan juga harus tetap belajar terus selama menerjemahkan. Bahkan para penerjemah senior juga terus belajar, lho.

Pertanyaan berikutnya, biasanya:
Bagaimana caranya mulai jadi penerjemah?
1. Buat alamat surel yang profesional.
Apa maksudnya dengan “profesional”?
Gunakan nama pribadi. Misalnya nama saya Lucia Aryani. Ya sudah, buat dengan nama pribadi saja. Tidak perlu nama panggilan siimut, cantik, ganteng, apalagi panggilan dalam nama asing atau bahkan tokoh fiksi. Pentingnya peran surel kita juga sempat dibahas HPI di tautan ini.

2. Buat citra media sosial yang profesional.
Profesional berarti mahal? Bukan, kok. Tenang saja.
Maksudnya buat akun LinkedIn yang menunjukkan latar belakang dan minat dalam bidang bahasa dan penerjemahan.
Selain itu, hati-hati dalam menciptakan citra digital. Apa saja yang pernah kita muat, komentari, dan bagikan di media sosial membentuk citra digital kita. Jejak digital itu kejam!
Jangan sembarangan membagikan kabar hoaks, hati-hati bertutur kata.
Apakah tema citra digital ini perlu saya buat menjadi tulisan terpisah lagi, ya? Silakan beri komentar, ya.

3. Berjejaring.
Jaring? Jaring nelayan? Jaring pengaman? Ayo, cek KBBI, ya.
Kalau bahasa Inggrisnya networking. Alias gaul. Penerjemah itu wajib gaul.
Bukan hanya gaul mengenai berita terkini, tapi juga bergaul sesama penerjemah.
Tidak perlu sungkan apalagi malu. Banyak senior yang baik, kok.
Di mana wadah gaulnya penerjemah?
Ada mailing list Bahtera (Bahasa dan Terjemahan Indonesia), yang didirikan sejak 3 Juli 1997 (walau dahulu di yahoo groups). Komunitas ini bahkan sudah melahirkan Kateglo, alias gabungan kamus, tesaurus dan glosarium yang diprakarsai Uda Ivan Lanin, sang Peneroka Bahasa Indonesia Daring 2016.
Seperti profesi lainnya, penerjemah (dan juru bahasa) juga punya asosiasi profesi, lho. Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) yang didirikan pada 5 Februari 1974 saat ini sudah memiliki ribuan anggota.
HPI juga memiliki berbagai media sosial resmi seperti laman FB, grup FB, instagram dan twitter.
HPI sering mengadakan berbagai pelatihan yang sangat berharga bagi penerjemah di berbagai tingkat keterampilan dan berbagai bidang. HPI juga sempat memuat artikel blog mengenai hal ini.
Setidaknya dua wadah ini bisa menjadi titik awal yang bagus untuk memulai langkah dalam kancah penerjemahan.

4. Terakhir, cari pemberi kerja.
Paling mudah coba melamar sebagai tenaga penerjemah ke berbagai agensi penerjemahan.
Di mana ada daftar agensi penerjemahan? Tentu bisa dicari di Google dan LinkedIn.
Selain itu, bisa juga membuat akun gratis di ProZ.com dan TranslatorsCafe, dua situs web jejaring penerjemah.

Berikut tulisan karya rekan-rekan sesama penerjemah mengenai cara menjadi penerjemah menurut mereka:
1. Dina Begum, penerjemah fiksi ternama yang suka dunia khayalan terutama Harry Potter dan Star Trek (baca di sini)
2. Femmy Syahrani, penerjemah fiksi dan film (baca di sini)
3. Ridha Harwan Iid, penerjemah (baca di sini)

Tim penulis blog HPI juga pernah memuat artikel mengenai memulai karier penerjemah, mari baca di sini.

Jika masih ada pertanyaan lebih lanjut, silakan mengisi kolom komentar.
Bisa juga menghubungi saya di akun LinkedIn atau Instagram pribadi saya.

Sampai jumpa di artikel lain 😉

2 thoughts on “Mau Jadi Penerjemah?”

Leave a comment