Penerjemahan

Dinamika Pekerja Lepas

Pekerja lepas, sesuai namanya berarti seseorang yang bekerja secara lepas. Tidak penuh waktu seperti yang bekerja di kantor. Dalam bahasa Inggris, pekerja lepas dapat dipadankan sebagai freelancer.

Sejarah istilah ‘freelancer’ adalah free & lances. Apa sih maksudnya?
Menurut artikel Merriam-Webster, istilah ini pertama kali muncul di buku Ivanhoe karya Sir Walter Scott pada tahun 1819. Istilah ini digunakan oleh seorang tokoh untuk menggambarkan sekumpulan tentara bayarannya. Biasanya ‘freelancer’ atau ‘free lances’ ini adalah tentara atau pembunuh bayaran di saat itu yang akan bertempur untuk negara atau pihak yang menawarkan bayaran tertinggi. Tidak terlalu jauh dengan kenyataan dinamika kerja para pekerja lepas, yang bisa bekerja untuk pihak mana saja tanpa terikat dengan perusahaan tertentu di jam tertentu seperti teman-teman karyawan.

Dinamika kerja seorang pekerja lepas juga tentu sangat berbeda dengan pekerja penuh waktu.
Seorang pekerja penuh waktu perlu mengatur kestabilan kinerja dan mencari cara mengatasi rasa bosan dan lelah yang kadang menghampiri di saat-saat tertentu. Namun, bukan berarti pekerja lepas tidak perlu memiliki keterampilan serupa. Pekerja lepas juga harus memiliki kinerja stabil untuk mempertahankan mutu hasil kerja, walau tentu juga dapat (bahkan sering) merasa lelah dan bosan. Tapi, tentu itu terjadi saat ada proyek yang dikerjakan.

Tantangan utama yang khas dihadapi pekerja lepas adalah mencari proyek. Dari berbagai interaksi saya dengan teman-teman penerjemah pemula, banyak sekali yang mengajukan pertanyaan cara masuk ke industri penerjemahan. Hal ini sudah pernah saya bahas di ‘Mau Jadi Penerjemah?’

Penerjemah lepas tentu harus memasarkan sendiri jasa mereka. Baca beberapa kiatnya di sini, yuk. Di antaranya:

  • Membuat CV yang menampilkan latar belakang dan kemampuan kita.
  • Berjejaring dengan komunitas profesi.
  • Pastikan Anda mampu menangani suatu proyek yang Anda dapat, sebelum menerima.
  • Terus jaga hubungan baik dengan pihak pengguna jasa (terutama ingat untuk menjaga kerahasiaan isi proyek, sesuai kode etik HPI yang dibahas di sini) dan juga dengan sesama rekan seprofesi. Mereka adalah rekan sejawat, yang sangat sering bisa berkolaborasi, bukan pesaing.

Begitu mendapatkan penawaran proyek, jangan terlalu tergesa-gesa menerimanya.

  • Dari segi bidangnya: apakah saya kompeten?
  • Dari segi tenggat waktu: apakah saya mampu?
  • Dari segi kesiapan fisik: apakah saya cukup bugar?

Penjelasan selengkapnya bisa dibaca di sini.

Jika masih ada pertanyaan lebih lanjut, silakan mengisi kolom komentar. Bisa juga menghubungi saya di akun LinkedIn atau Instagram pribadi saya.

Sampai jumpa di artikel lain 😉

Leave a comment